Turki adalah negara ekonomi terbesar di Eropa Timur dengan pendapatan mencapai US$ 800 miliar. Meski demikian, harga BBM atau bahan bakarnya adalah yang paling mahal di dunia. Turki mewajibkan warganya untuk membayar USD 9,89 per galon atau setara Rp 32.718 untuk tiap liter bensinnya. Angka ini cukup tinggi jika melihat pendapatan rata-rata penduduk Turki ialah USD 30 per harinya. Pemerintah Turki meraup banyak penerimaan pajak dari sektor BBM ini sebagai modal pembangunannya.
Turki mengalami masalah pajak yang sangat berat. Sekitar 40% penduduk bekerja di sektor informal dan tidak membayar pajak. Hanya sekitar 4% dari total populasinya yang membayar pajak penghasilan. Dalam beberapa tahun terakhir Turki telah meningkatkan basis pendapatan melalui pajak konsumsi seperti pajak bahan bakar, yang relatif mudah untuk diterapkan. Negara ini memiliki salah satu pajak bahan bakar yang tertinggi, yang menyumbang lebih dari setengah dari biaya untuk bahan bakar.
2. Norwegia, harga bensin per galon: US$ 9,63
Norwegia adalah negara penghasil minyak besar di dunia. Meskipun demikian, hal itu tidak membuat penduduk Norwegia merasakan harga BBM yang murah. Penduduk di negara tersebut justru harus membayar sekitar USD 9,63 per galon atau setara Rp 31.858 per liter BBM. Sementara pendapatan rata-rata harian penduduk Norwegia adalah US$ 280. Berarti bagian upah sehari yang dibutuhkan untuk membeli satu galon gas adalah 3,4%. Daripada memberikan subsidi BBM di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum, negara ini lebih memilih menggunakan keuntungan minyak tersebut untuk layanan, seperti pendidikan tinggi gratis, dan tabungan untuk perbaikan infrastruktur.
Mahalnya bensin di negara ini karena adanya pajak penggunaan jalan dan pajak CO2 yang diberlakukan pemerintah Norwegia. Yang perlu di ketahui, bahwa negara ini mendapatkan pemasukan yang sangat besar dari sektor ekspor minyak. Kenaikan pajak merupakan bagian dari strategi pemerintah yang lebih luas untuk memerangi perubahan iklim dengan mendorong Norwegia untuk meninggalkan mobil mereka di rumah. “Tentu saja bensin mahal tapi tidak apa-apa. Standar hidup di sini baik dan gaji di sini cukup tinggi,” kata Stine Nore, seorang manajer logistik warga Norwegia saat mengisi BMW real hitamnya. Salah satu yang bisa dipelajari dari Norwegia adalah tabungan masa depan mereka yang bernama Government Pension Fund Global. Meski namanya mengandung ‘pension fund’ tapi tak ada satupun uang kaum pensiunan di sini. Seluruhnya berasal dari hasil penjualan minyak dan gas. Tabungan tersebut digunakan untuk membiayai masa depan penduduk Norwegia, yang diperkirakan setiap orang di Norwegia, laki-laki dan perempuan serta anak-anak memiliki tabungan masa depan sebesar Rp 1,35 milyar.
3. Belanda, harga bensin per galon: US$ 9,09
Harga BBM di negara kincir angin ini ialah sekitar USD 9,09 per galon atau setara dengan Rp 30.071 per liternya. Sementara pendapatan masyarakat Belanda per harinya sebesar US$ 125. Berarti bagian upah sehari yang dibutuhkan untuk membeli satu galon gas adalah 7,3%. Meski demikian, BBM tidak terlalu berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat ditinjau dari kebutuhan transportasi. Belanda mampu menunjukkan keunggulannya dalam mencari solusi alternatif krisis minyak dunia ini dengan pengembangan inovasi persepedaan. Dengan mengutamakan sepeda, ketergantungan masyarakat akan BBM menjadi sangat rendah.
Mahalnya harga BBM di Belanda membuat negara ini memiliki populasi pesepeda terbanyak di dunia. Banyaknya pemilik sepeda bahkan membuat pemerintah Belanda membangun infrastruktur khusus untuk pemakai sepeda. Parkir sepeda berderetan di stasiun kereta api, museum dan taman nasional. Infrastruktur besar jalur sepeda dan jalur terowongan dan sinyal lalu lintas membuat akses bersepeda lebih mudah. Sepeda menjadi solusi alternatif Belanda untuk menjadi modal transportasi utama dan hingga sekarang menjadi favorit penduduknya. Asal mula Belanda mengembangkan modal transportasi sepeda ini berangkat dari krisis bahan bakar minyak di tahun 1972. Krisis tersebut ditanggapi oleh Pemerintah Belanda untuk memprioritaskan pengembangan penggunaan sepeda dengan memberikan subsidi di berbagai kebijakan persepedaan nasional. Bahkan uniknya, jumlah sepeda di Belanda sebesar 18.000.000 bahkan melebihi jumlah penduduknya yang “hanya” 16.400.000 jiwa!
0 komentar:
Posting Komentar